Jogja Tercipta dari Rindu, Pulang dan Angkringan. Siap-siap Kamu Bakal Hujan Kenangan!

Pulang ke kotamu..
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama
Suasana Jogja
Yogyakarta, Kla Project
Jogja adalah satu kata yang memberikan getaran berdenyut di dada ketika mendengarkannya. Ia tumbuh dan mengakar ke dalam nurani sanubari sedalam yang kamu punya. Ia memang hanya sebuah kota. Tapi asal kamu tahu, Jogja adalah sebuah kehidupan penuh drama, romantika dan cinta. Dia tak bisa kamu sebutkan sebagai kata benda semata. Ia adalah subyek sekaligus obyek. Ia adalah pencipta dan juga pemungut kenangan yang tersisa pula.

Daripada bapermu makin nggak ketulungan,  saya bakal mengajakmu mengelilingi nuansa cinta yang ada dalam sudut Jogja.
Saya yakin kenanganmu terhadap Jogja bagai hujan deras yang membanjiri perasaan terlembutmu. Ia kadang menyenangkan, namun tak jarang ia membuatmu galau bukan kepalang ketika mengingatnya.
Frase Rindu, sebuah makna yang mengantarmu pada masa lalu yang penuh berbagai cerita. Bisa bahagia, meskipun terkadang sendu
Siapapun yang pernah ke Jogja dan berdiam untuk beberapa lama, rindu adalah sebuah nyeri yang selalu datang ketika kata Jogja terdengar telinga. Tidak. Sungguh, ini tidak berlebihan. Ada banyak rasa yang tercipta kala di Jogja. Entah kamu memang orang Jogja yang tengah merantau atau dulu perantau karena kuliah di Jogja, rindu akan kota ini pasti membuncah hebat.
Kamu tentu ingat senyum orang Jogja yang meneduhkan. Keramahtamahan enggan hilang meski metropolitan kian membentang. Riuhnya Sekaten tiap tahunnya pasti tak terasa membosankan. Hidupmu dulu kian lengkap dengan hadirnya beragam festival gratisan, mulai FKY, Pasar Kangen sampai Festival Melupakan Mantan. Lama-lama Jogja kaya mantan ya, susah bangeeeeet dilupakan.
Kalau minggu sore ngopi-ngopi cantik di Malioboro jadi andalan. Kadang bisa sepedaan juga susuri selokan Mataram. Kalau lelah foto dulu di Candi Sambisari atau Candi Abang yang sedang hits. Ah, dulu kamu pasti tidak peduli mana yang hits mana yang kekinian.

Pulang. Mungkin sudah berjuta manusia menganggap Jogja adalah tempat pulangnya meskipun KTP tidak mengamininya. Adakah kamu salah satunya?
Siapapun yang pernah mencicipi Jogja, klaim tempat pulang itu pasti pernah dilakukan. Okelah mungkin kamu aslinya Jakarta, Bandung atau daerah lainnya dari sabang sampai merauke tapi setelah pernah tinggal di sini untuk menuntut ilmu, bekerja atau sekedar berkunjung niscaya kamu enggan pulang. Ya, kamu merasa Jogja adalah rumahmu. Nggak ada perdebatan lagi tentang itu.
Syarat sebagai tempat pulang adalah ketika kamu menemukan kasih sayang. Di Jogja memang kian hari kian menyebalkan, tapi setitik keramahan tak akan sulit kau temukan. Harga kos-kosan pun ringan di kantong kamu yang pas-pasan. Tak sedikit orang tak dikenal pun menawarkan bantuan. Kawan kuliah maupun dosen pun tak ragu membimbingmu kalau ada kesulitan. Sungguh, sebuah kehidupan masa muda yang ideal bisa kamu ciptakan!

Angkringan mengajarkanmu bahwa kesederhanaan justru mampu menciptakan selaksa kebahagiaan. Materi dan duniawi bukan sebuah tujuan.
Satu hal yang bikin Jogja selalu terkenang adalah karena kesederhanaannya. Kebersahajaannya. Prinsip hidup di sini, “nrimo ing pandum,” menerima rezeki ang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Nggak rakus maupun kemaruk. Materi dan hal-hal duniawi bukan prioritas utama. Warga Jogja mencari ketentraman, keberkahan dan kebahagiaan. Dan definisi filosofis itu terejawantah dalam sebentuk gerobak angkringan.
Ada cinta di setiap bungkus nasi kucing angkringan. Ada kerinduan dalam Kopi Joss Lek Man yang membuat kita selalu nyaman berlesehan. Ada rasa kemanisan dalam gudeg Wijilan. Ya iyalah namanya juga gudeg, haha. Kamu tek lelah menyambangi Sate klatak di Bantul sana, atau Bakmi Jowo yang lokasinya kok ya selalu blusukan. Pokoknya itu semua rutinitas yang sederhana namun tak terlupakan. Angkringan menyadarkan kamu semua bahwa tak ada jurang kesenjangan antar manusia. Sederhana.

Jogja tercipta dari rindu, pulang dan angkringan. Kalau kamu sepakat dengan kalimat itu berarti kenanganmu terhadap kota ini begitu tak tertahankan.
Kamu tentu nggak akan lupa akhir pekanmu yang sangat berwarna. Minggu ini bisa ke Parangendog melihat matahari terbenam, minggu depannya nongkrong di Bukit Bintang. Kemarin Subuh ke Kebun Buah Mangunan, keesokan harinya sekedar mejeng di depan Kantor Pos Besar ngemil kacang. Semua serba beritme pelan dan tak ada ketergesa-gesaan seperti di Ibukota. Dimanapun kamu berada, Saya yakin kamu nggak akan menolak jika ada ajakan ke Jogja untuk sekedar jalan-jalan. Nostalgia kisah yang terlalu indah untuk dilupakan. Apalagi kalau punya mantan di kota ini. Hahaha.
So, kapan ke Jogja lagi?
Sudah cukup ya bikin bapernya. Terakhir, move on dari mantan jauh lebih mudah daripada move on dari Jogja. Yuk, ke Jogja lagi, cumbui sudut terindahnya kembali.
Sumber :Hipwee

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melihat Pesona Pohon Menari Di Pantai Sikara-Kara

Aku & Sinunukan Dalam Potret

Potret Hitam Putih Kehidupan