Menyaksikan Gerhana Matahari Dari Pantai Batu Berdaun
Rembulan beranjak mendaki langit yang bertabur bintang di sisi barat desa sinunukan menciptakan siluet pada pucuk2 sawit, di warung sederhana sebuah persimpangan, beberapa langkah dari ujung siluet berdiri kokoh sebuah pohon akasia, di bawah rimbun dedaunan pohon itu kami merencanakan sesuatu yang tidak biasa,
Saya dan teman2 Komunitas Pecinta Alam Sinunukan ( KOMPAS ) sedang merencanakan kegiatan community service bertajuk "Mengejar Bayang2" di Pantai Batu Berdaun Sikapas, di ikuti oleh sebahagian anggota KOMPAS, karena sebahagian lagi berhalangan hadir, selain anggota kompas ada juga beberapa teman partisipan yang ikut dalam trip kali ini, total peserta ada 16 orang yaitu bang Amri, Erik, Eem, Iqbal, Romi, Jumar, Apengk, Robin, Heru, Suma, Dani, Zul, Polan, Nining, Celcilia, dan saya sendiri Choyrul Sholeh. kegiatan ini bertujuan untuk mengenal destinasi wisata di daerah Mandailing Natal sekaligus mempererat solidaritas sesama anggota KOMPAS Sinunukan.
Saya dan teman2 Komunitas Pecinta Alam Sinunukan ( KOMPAS ) sedang merencanakan kegiatan community service bertajuk "Mengejar Bayang2" di Pantai Batu Berdaun Sikapas, di ikuti oleh sebahagian anggota KOMPAS, karena sebahagian lagi berhalangan hadir, selain anggota kompas ada juga beberapa teman partisipan yang ikut dalam trip kali ini, total peserta ada 16 orang yaitu bang Amri, Erik, Eem, Iqbal, Romi, Jumar, Apengk, Robin, Heru, Suma, Dani, Zul, Polan, Nining, Celcilia, dan saya sendiri Choyrul Sholeh. kegiatan ini bertujuan untuk mengenal destinasi wisata di daerah Mandailing Natal sekaligus mempererat solidaritas sesama anggota KOMPAS Sinunukan.
Hari selasa pukul 14.30 wib...
Matahari menyengat kulit, menciptakan bayangan mobil pick-up yang meluncur membawa kami menuju kecamatan natal, menjemput dua orang teman kami yang menunggu disana, tidak lupa singgah di SPBU untuk isi bahan bakar, ternyata antriannya panjang, untuk mengisi waktu kami bermain voli di halaman Koramil Natal yg ada di sebelah SPBU, satu jam menunggu mobil kami belum juga mendapat giliran diisi, setelah breafing singkat kami putuskan membeli bahan bakar ketengan/literan yang ada di warung2 kecil di pinvgir jalan.
Singkat cerita, menempuh perjalanan kurang lebih 5 jam akhirnya tiba juga kami di pantai desa sikapas, Kami pun meminta izin kepada perwakilan warga setempat sekaligus meminta tolong mengantar kami menuju spot camping di pantai batu berdaun,
Seperti kebanyakan pantai lain di Pesisir barat Mandailing Natal, Pantai batu berdaun belum memiliki fasilitas penunjang wisata. Plang pintu masuk pun tidak ada sehingga bisa saja pantai ini dapat dengan mudah terlewati.
Mobil berhenti pada jarak sekitar 100 meter dari bibir pantai. semua penumpang segera turun, yang terlihat hanya kerlip lampu dari tempat yang agak jauh, suasana pantai sangat sepi, hanya nampak oleh kami beberapa kapal nelayan yang melaut, saat itu langit sedang cerah tampak sangat indah dengan taburan bintang2 yang kemilauan, setelah sejenak beristirahat kami langsung mendirikan tenda, dan sebagian dari kami membuat api unggun.
Karena sepertinya perut tidak bisa lagi diajak kompromi, kami pun segera memasak nasi dan menggoreng ikan yang kami beli ketika di perjalanan, setelah nasi masak kami berkumpul dan makan bersama, walaupun ala kadarnya dan nasinya juga matang kurang sempurna, tapi kebersamaan yang membuat menjadi nikmat, bahkan lebih nikmat dari resto termahal manapun hhe lebay..
Setelah makan kami sempatkan ngobrol2 becanda sejenak sebelum akhirnya masuk ketenda masing2 karena saat itu waktu sudah menjukkan pukul 23.40 Wib.
Saya dan beberapa teman yang belum ngantuk memanaskan air dan membuat kopi, karena takut suara kami menggangu istirahat yg lain, kami pindah tempat duduk menjauh dari tenda dimana teman2 beristirahat, kami bergeser sedikit mendekat kebibir pantai, di hamparan pasir putih di situ kami kembali berbagi cerita,
02.40 hanya tinggal saya dan e'em yang masih terjaga, sementara selebihnya telah menyusul teman2 yang lain kealam mimpi, berniat meluruskan pinggang, saya rebahkan tubuh cungkring saya diatas hamparan pasir putih, beratapkan bintang2, ahh indah sekali..
Di iringi sayup2 lagu "trouble is friend"nya lenka dengan debur ombak yang memecah pantai semakin membuai saya menjelajahi langit malam yang luar biasa, bintang2 serasa sangat dekat, saya yang memang hobi kegiatan alam bebas, sedikit banyak tau tentang nama2 rasi bintang di langit, beberapa di antara yang keluar menghiasi langit malam itu adalah rasi orion di langit timur, big diper di langit utara, dan crux di langit selatan, tak lupa planet venus atau si bintang kejora turut serta menyempurnakan keindahan langit malam itu, juga bintang2 terang lainnya seperti sirius atau si bintang biru, rigel, alpha centaury dan lainya.
Langit memang sedang cerah saat itu di tambah lagi sang dewi malam sedang tidak tampak di panggung kebesarannya, sepertinya sang dewi sedang tidak ada jadwal manggung malam itu, membuat pandangan saya leluasa mengamati langit dari sudut ke sudut, bintang terlihat berkelip kelip dan berkali-kali saya melihat aksi bintang berpindah dan meteor jatuh dengan mata telanjang, subhanalloh..
Ahh, saya jadi teringat sebuah pepatah lama “Gapailah cita2mu setinggi bintang langit“.
Sekarang saya tahu ternyata cita-cita tersebut tidak mungkin dicapai oleh manusia. Manusia tidak mungkin bisa mencapai bintang. Untuk mendekat ke bintangpun merupakan hal yang sangat tidak mungkin. Mengapa tidak mungkin?
Bintang yang paling dekat dengan bumi adalah matahari, bola raksasa yang memiliki suhu sangat panas. Suhu inti Matahari berkisar dari 15 juta derajat Celsius, dengan kondisi seperti itu, manusia tidak mungkin bisa mencapai matahari. belum lagi jaraknya yang suangat jauh. Antara bumi dan matahari memiliki jarak sekitar 149.680.000 Km atau berjarak 8 menit cahaya. Akibat jarak yang sangat jauh ini, cahaya matahari membutuhkan waktu 8 menit untuk sampai ke bumi. Artinya cahaya matahari yang sampai di bumi adalah cahaya matahari pada saat 8 menit yang lalu.
Saat ini, manusia belum mampu menempuh jarak sejauh itu. Semua data yang didapat berasal dari pengamatan Teleskop, baik Teleskop Hubble maupun teleskop lainnya.
Itu baru satu bintang terdekat dengan bumi yang berjarak “hanya” 8 menit cahaya. Lalu bagaimanakah dengan bintang lain yang berjarak lebih jauh?. Padahal ada bintang yang berjarak 1 tahun cahaya, 100 tahun cahaya, 1 juta tahun cahaya dan bahkan milyaran tahun cahaya. Umur manusia tidak cukup untuk menempuh jarak sejauh itu..
Jadi masih mau mengejar cita2 setinggi bintang dilangit?? Saya sih No, Hhe..
Sambil mengamati bintang2 jatuh, saya hanya bisa berdecak kagum memuji kebesaran alam semesta dan tentu saja sang pencipta-Nya yang telah menciptakan begitu banyak hal luar biasa di jagat raya yang tanpa batas..
Singkat cerita, menempuh perjalanan kurang lebih 5 jam akhirnya tiba juga kami di pantai desa sikapas, Kami pun meminta izin kepada perwakilan warga setempat sekaligus meminta tolong mengantar kami menuju spot camping di pantai batu berdaun,
Seperti kebanyakan pantai lain di Pesisir barat Mandailing Natal, Pantai batu berdaun belum memiliki fasilitas penunjang wisata. Plang pintu masuk pun tidak ada sehingga bisa saja pantai ini dapat dengan mudah terlewati.
Mobil berhenti pada jarak sekitar 100 meter dari bibir pantai. semua penumpang segera turun, yang terlihat hanya kerlip lampu dari tempat yang agak jauh, suasana pantai sangat sepi, hanya nampak oleh kami beberapa kapal nelayan yang melaut, saat itu langit sedang cerah tampak sangat indah dengan taburan bintang2 yang kemilauan, setelah sejenak beristirahat kami langsung mendirikan tenda, dan sebagian dari kami membuat api unggun.
Karena sepertinya perut tidak bisa lagi diajak kompromi, kami pun segera memasak nasi dan menggoreng ikan yang kami beli ketika di perjalanan, setelah nasi masak kami berkumpul dan makan bersama, walaupun ala kadarnya dan nasinya juga matang kurang sempurna, tapi kebersamaan yang membuat menjadi nikmat, bahkan lebih nikmat dari resto termahal manapun hhe lebay..
Setelah makan kami sempatkan ngobrol2 becanda sejenak sebelum akhirnya masuk ketenda masing2 karena saat itu waktu sudah menjukkan pukul 23.40 Wib.
Saya dan beberapa teman yang belum ngantuk memanaskan air dan membuat kopi, karena takut suara kami menggangu istirahat yg lain, kami pindah tempat duduk menjauh dari tenda dimana teman2 beristirahat, kami bergeser sedikit mendekat kebibir pantai, di hamparan pasir putih di situ kami kembali berbagi cerita,
02.40 hanya tinggal saya dan e'em yang masih terjaga, sementara selebihnya telah menyusul teman2 yang lain kealam mimpi, berniat meluruskan pinggang, saya rebahkan tubuh cungkring saya diatas hamparan pasir putih, beratapkan bintang2, ahh indah sekali..
Di iringi sayup2 lagu "trouble is friend"nya lenka dengan debur ombak yang memecah pantai semakin membuai saya menjelajahi langit malam yang luar biasa, bintang2 serasa sangat dekat, saya yang memang hobi kegiatan alam bebas, sedikit banyak tau tentang nama2 rasi bintang di langit, beberapa di antara yang keluar menghiasi langit malam itu adalah rasi orion di langit timur, big diper di langit utara, dan crux di langit selatan, tak lupa planet venus atau si bintang kejora turut serta menyempurnakan keindahan langit malam itu, juga bintang2 terang lainnya seperti sirius atau si bintang biru, rigel, alpha centaury dan lainya.
Langit memang sedang cerah saat itu di tambah lagi sang dewi malam sedang tidak tampak di panggung kebesarannya, sepertinya sang dewi sedang tidak ada jadwal manggung malam itu, membuat pandangan saya leluasa mengamati langit dari sudut ke sudut, bintang terlihat berkelip kelip dan berkali-kali saya melihat aksi bintang berpindah dan meteor jatuh dengan mata telanjang, subhanalloh..
Ahh, saya jadi teringat sebuah pepatah lama “Gapailah cita2mu setinggi bintang langit“.
Sekarang saya tahu ternyata cita-cita tersebut tidak mungkin dicapai oleh manusia. Manusia tidak mungkin bisa mencapai bintang. Untuk mendekat ke bintangpun merupakan hal yang sangat tidak mungkin. Mengapa tidak mungkin?
Bintang yang paling dekat dengan bumi adalah matahari, bola raksasa yang memiliki suhu sangat panas. Suhu inti Matahari berkisar dari 15 juta derajat Celsius, dengan kondisi seperti itu, manusia tidak mungkin bisa mencapai matahari. belum lagi jaraknya yang suangat jauh. Antara bumi dan matahari memiliki jarak sekitar 149.680.000 Km atau berjarak 8 menit cahaya. Akibat jarak yang sangat jauh ini, cahaya matahari membutuhkan waktu 8 menit untuk sampai ke bumi. Artinya cahaya matahari yang sampai di bumi adalah cahaya matahari pada saat 8 menit yang lalu.
Saat ini, manusia belum mampu menempuh jarak sejauh itu. Semua data yang didapat berasal dari pengamatan Teleskop, baik Teleskop Hubble maupun teleskop lainnya.
Itu baru satu bintang terdekat dengan bumi yang berjarak “hanya” 8 menit cahaya. Lalu bagaimanakah dengan bintang lain yang berjarak lebih jauh?. Padahal ada bintang yang berjarak 1 tahun cahaya, 100 tahun cahaya, 1 juta tahun cahaya dan bahkan milyaran tahun cahaya. Umur manusia tidak cukup untuk menempuh jarak sejauh itu..
Jadi masih mau mengejar cita2 setinggi bintang dilangit?? Saya sih No, Hhe..
Sambil mengamati bintang2 jatuh, saya hanya bisa berdecak kagum memuji kebesaran alam semesta dan tentu saja sang pencipta-Nya yang telah menciptakan begitu banyak hal luar biasa di jagat raya yang tanpa batas..
04.01 wib saya dan e'em memang berniat tidak tidur malam itu untuk menjaga teman2 yang lain, karena bagaimanapun ini adalah tempat yang baru bagi kami, segalanya mesti di antisipasi dari hal-hal yang tidak diinginkan, untuk mengisi waktu saya dan eem bernyanyi-nyanyi kecil diiringi musik karaoke yang memang banyak saya simpan dihandphone saya, sambil menikmati secangkir teh.
Waktu merambat perlahan namun pasti, sinar matahari di ufuk barat mulai menampakkan sinarnya menerangi pandangan kami yang tertuju pada batu yang membentuk sebuah pulau kecil dengan tumbuhan semak dan family pakis2an diatasnya, ada juga beberapa pohon dan kelapa, Pemandangan paling menarik dari Pantai Batu Berdaun tentu adalah pasirnya yang putih dan teluk kecil yang terbuat dari gugusan batu dan ombak yang menghantamnya secara periodik, ada juga sungai air tawar yang langsung bersinggungan dengan laut, itu pun menjadi pemandangan tersendiri. Namun harap berhati-hati, ombak disini sangat kencang sehingga tidak dianjurkan untuk mendekati ujung batu, apalagi dengan membawa anak-anak.
Suasana sejuk di pagi hari menjadi hal yang paling menyenangkan bagi saya. Karena ini moment untuk bisa merelaksasikan tubuh, udara segar yang aku hirup serasa membuat seluruh tubuh ini di charge ulang, ahh segarr sekali..
Pagi itu kami akan menyaksikan langsung fenomena langka, yaitu peristiwa di mana posisi Bulan, Matahari dan Bumi sejajar dan berada pada garis lurus atau yang lebih dikenal dengan gerhana matahari, yang memang sudah menjadi agenda keberangkan kami, demi tercapainya niat tersebut kami harus menaiki sebuah bukit kecil yang berada kira2 500 meter dari tempat kami mendirikan tenda, tiba dipuncak bukit, saya dapat melihat garis pantai yang cantik. Tuhan itu persepsi artistikNya sangat tinggi, melukis pantai dengan kasih sayangNya, hingga yang merenungkanNya dapat merasakan kasih sayangNya yang tiada berbatas. Indah sekali… Saya berputar, merekam setiap sisiNya, dan menemukan betapa Tuhan sedang tersenyum kepada saya, ahh… sungguh nikmat yang mana lg yang kudustakan? saya menemukan pantai yang sendu. Ketika haru ombak memecah di bibir pantai, saya membaca amarah pada ombak yang bergolak, saya mendengar kesunyian pada pasir pantai yang tak terinjak…
Tak perlu menunggu lama waktu yang ditunggu2 pun tiba, selama beberapa saat, pagi hari yang seharusnya terang benderang menjadi sedikit lebih gelap seperti sinar matahari ketika sore hari, kami merasa sangat beruntung bisa menyaksikan fenomena langka yang entah kapan akan terjadi lagi, tak ketinggalan kami mengabadikan setiap momen-momen langka yang indah di pantai ini dengan kamera, yang cerita dan kenangan manis di kemudian hari bagi anak cucu..
Waktu merambat perlahan namun pasti, sinar matahari di ufuk barat mulai menampakkan sinarnya menerangi pandangan kami yang tertuju pada batu yang membentuk sebuah pulau kecil dengan tumbuhan semak dan family pakis2an diatasnya, ada juga beberapa pohon dan kelapa, Pemandangan paling menarik dari Pantai Batu Berdaun tentu adalah pasirnya yang putih dan teluk kecil yang terbuat dari gugusan batu dan ombak yang menghantamnya secara periodik, ada juga sungai air tawar yang langsung bersinggungan dengan laut, itu pun menjadi pemandangan tersendiri. Namun harap berhati-hati, ombak disini sangat kencang sehingga tidak dianjurkan untuk mendekati ujung batu, apalagi dengan membawa anak-anak.
Eksotisme Pantai Batu Berdaun
|
Pagi itu kami akan menyaksikan langsung fenomena langka, yaitu peristiwa di mana posisi Bulan, Matahari dan Bumi sejajar dan berada pada garis lurus atau yang lebih dikenal dengan gerhana matahari, yang memang sudah menjadi agenda keberangkan kami, demi tercapainya niat tersebut kami harus menaiki sebuah bukit kecil yang berada kira2 500 meter dari tempat kami mendirikan tenda, tiba dipuncak bukit, saya dapat melihat garis pantai yang cantik. Tuhan itu persepsi artistikNya sangat tinggi, melukis pantai dengan kasih sayangNya, hingga yang merenungkanNya dapat merasakan kasih sayangNya yang tiada berbatas. Indah sekali… Saya berputar, merekam setiap sisiNya, dan menemukan betapa Tuhan sedang tersenyum kepada saya, ahh… sungguh nikmat yang mana lg yang kudustakan? saya menemukan pantai yang sendu. Ketika haru ombak memecah di bibir pantai, saya membaca amarah pada ombak yang bergolak, saya mendengar kesunyian pada pasir pantai yang tak terinjak…
Tak perlu menunggu lama waktu yang ditunggu2 pun tiba, selama beberapa saat, pagi hari yang seharusnya terang benderang menjadi sedikit lebih gelap seperti sinar matahari ketika sore hari, kami merasa sangat beruntung bisa menyaksikan fenomena langka yang entah kapan akan terjadi lagi, tak ketinggalan kami mengabadikan setiap momen-momen langka yang indah di pantai ini dengan kamera, yang cerita dan kenangan manis di kemudian hari bagi anak cucu..
Menyaksikan Gerhana Matahari Sekaligus Sunrise |
Pukul 09.01 kami kembali kepantai, selanjutnya karena cacing dalam perut sudah mulai berontak, menu sarapan seadanya pun diolah, sambil menunggu kami isi waktu dengan bermain bola pantai, puas bermain bola, makanan pun telah siap disantap, sederhana tapi rasanya luar biasa, karena disantap di alam bebas, dengan semilir angin sepoi2, diiringi deburan ombak, sambil becanda bersama teman2.
Kenyang sudah, liat gerhana sudah, main bola sudah, terus apalagi..? Berenang..
Pantai Batu Berdaun adalah tempat yang ideal untuk berenang. Pantai yang berpasir putih dengan air jernih dan berwarna hijau kebiruan, sangat landai dengan kedalaman hanya berkisar satu sampai dua meter, Asyiknya lagi, dasar lautnya hanya berupa pasir putih (tidak berkarang). Jadi, Anda bisa berenang dengan nyaman tanpa takut terkena karang.
Puas bermain air kami membilas dengan mandi di sungai air tawar yang berada tak jauh dari tempat kami mendirikan tenda, setelah rehat sejenak kami mengemasi barang dan peralatan, tak lupa sebelum kembali pulang kami mengumpulkan sampah2 kami dan membakarnya, meninggalkan sampah di pantai adalah tindakan yang kurang bijaksana. Sebab laut atau pantai bukanlah rumah kita. Sebagai tamu yang berkunjung ke suatu tempat, sangat tidak pantas kan kita bertingkah seenaknya termasuk membuang sampah di sembarang tempat. Laut adalah rumah dan habitat para satwa, kita sebagai pengunjung hanyalah tamu di sana. Apa jadinya jika ada orang yang bertamu ke rumah kita namun orang itu berlaku tidak sopan dan membuang sampah-sampahnya di ruang tamu kita. Tentulah kita akan sangat marah.
Jujur saya iri dengan sikap para wisatawan bule yang justru benar2 menerapkan prinsip pecinta alam ketika berkunjung atau melakukan kegiatan outdoor di Indonesia. Pernah saya berkunjung ke suatu blog berbahasa indonesia milik orang bule yang hobi menjelajahi alam. Di blognya ia menjelaskan etika2 ketika mengunjungi alam mulai dari membawa kantong sampah sendiri, tidak memberi makan satwa, tidak mengubah susunan batu di alam, tidak memotong dahan atau ranting, bahkan ketika makan snack ia sampai menyarankan agar remah2nya jangan sampai jatuh berserakan.
Mungkin kita sering mendengar ungkapan pendaki bijak, jangan tinggalkan apapun kecuali jejak langkah, jangan ambil apapun selain foto, dan jangan membunuh apapun kecuali waktu . Dalam dunia outdoor, prinsip-prinsip ini sering dikenal dengan istilah Leave No Trace .
Semua itu dilakukan untuk meminimalisir dampak yang kita berikan ke alam ketika melakukan kegiatan outdoor, karena bagaimanapun kita ini adalah orang asing (invader) di alam.
Pukul 01.30 mobil kami melaju meninggalkan pantai batu berdaun, membawa sejuta kenangan "Selamat tinggal pantai nan eksotis, semoga suatu saat kami dapat mengunjungimu kembali".
Rencana kami selanjutnya adalah menyaksikan sunset di pantai natal, dalam perjalanan kami sempat mampir dirumah pohon tabuyung, dan mencicipi lezatnya kepiting rebus, sebelum tiba2 langit berubah menjadi mendung, walaupun tidak berarti hujan, matahari malu2 menampakkan sinarnya tertutupi awan hitam, saya yang tadinya semangat untuk sekedar menyaksikan dan merasakan sensasi detik2 tenggelamnya sang surya, menjadi sedikit lesu karena mendung yang menggelayut di lazuardi, entah sejak kapan tepatnya aku jatuh cinta pada senja, padahal saat kecil dulu aku sangat kesal jika senja tiba, karena senja adalah pembuka malam, dan aku sangat membenci gelap. senja adalah waktu yang singkat bila di bandingkn malam, subuh, pagi atau siang, senja yang menjadi pemisah antara terang dan gelap yg hanya bisa di nikmati sebentar saja. suara laut bagiku adalah senandung pelipur lara, obat dari hati yg gelisah, tempatku membuang rindu yg tak lagi mampu kubendung. senja selalu memberikan kesan yg hangat, langit yg seolah di poles dengan gradiasi warna biru dan oranye, di nikmati bersama secangkir teh hangat dan orang terkasih semua sungguh mnjanjikan bingkai kenangan yang indah..
Setelah breafing kecil, dengan berat hati kami putuskan melihat sunset dilain waktu karena cuaca yang kurang bersahabat, mobil pun kembali melaju menuju kota kecil dimana rumah kami berada, membawa sejuta kenangan indah di hati kami masing2, begitulah sepenggal kisah petualangan kami, melelahkan tapi setimpal dengan inspirasi yang didapatkan..
Salam sahabat alam, Salam cinta damai..
Kenyang sudah, liat gerhana sudah, main bola sudah, terus apalagi..? Berenang..
Pantai Batu Berdaun adalah tempat yang ideal untuk berenang. Pantai yang berpasir putih dengan air jernih dan berwarna hijau kebiruan, sangat landai dengan kedalaman hanya berkisar satu sampai dua meter, Asyiknya lagi, dasar lautnya hanya berupa pasir putih (tidak berkarang). Jadi, Anda bisa berenang dengan nyaman tanpa takut terkena karang.
Puas bermain air kami membilas dengan mandi di sungai air tawar yang berada tak jauh dari tempat kami mendirikan tenda, setelah rehat sejenak kami mengemasi barang dan peralatan, tak lupa sebelum kembali pulang kami mengumpulkan sampah2 kami dan membakarnya, meninggalkan sampah di pantai adalah tindakan yang kurang bijaksana. Sebab laut atau pantai bukanlah rumah kita. Sebagai tamu yang berkunjung ke suatu tempat, sangat tidak pantas kan kita bertingkah seenaknya termasuk membuang sampah di sembarang tempat. Laut adalah rumah dan habitat para satwa, kita sebagai pengunjung hanyalah tamu di sana. Apa jadinya jika ada orang yang bertamu ke rumah kita namun orang itu berlaku tidak sopan dan membuang sampah-sampahnya di ruang tamu kita. Tentulah kita akan sangat marah.
Jujur saya iri dengan sikap para wisatawan bule yang justru benar2 menerapkan prinsip pecinta alam ketika berkunjung atau melakukan kegiatan outdoor di Indonesia. Pernah saya berkunjung ke suatu blog berbahasa indonesia milik orang bule yang hobi menjelajahi alam. Di blognya ia menjelaskan etika2 ketika mengunjungi alam mulai dari membawa kantong sampah sendiri, tidak memberi makan satwa, tidak mengubah susunan batu di alam, tidak memotong dahan atau ranting, bahkan ketika makan snack ia sampai menyarankan agar remah2nya jangan sampai jatuh berserakan.
Mungkin kita sering mendengar ungkapan pendaki bijak, jangan tinggalkan apapun kecuali jejak langkah, jangan ambil apapun selain foto, dan jangan membunuh apapun kecuali waktu . Dalam dunia outdoor, prinsip-prinsip ini sering dikenal dengan istilah Leave No Trace .
Semua itu dilakukan untuk meminimalisir dampak yang kita berikan ke alam ketika melakukan kegiatan outdoor, karena bagaimanapun kita ini adalah orang asing (invader) di alam.
Rencana kami selanjutnya adalah menyaksikan sunset di pantai natal, dalam perjalanan kami sempat mampir dirumah pohon tabuyung, dan mencicipi lezatnya kepiting rebus, sebelum tiba2 langit berubah menjadi mendung, walaupun tidak berarti hujan, matahari malu2 menampakkan sinarnya tertutupi awan hitam, saya yang tadinya semangat untuk sekedar menyaksikan dan merasakan sensasi detik2 tenggelamnya sang surya, menjadi sedikit lesu karena mendung yang menggelayut di lazuardi, entah sejak kapan tepatnya aku jatuh cinta pada senja, padahal saat kecil dulu aku sangat kesal jika senja tiba, karena senja adalah pembuka malam, dan aku sangat membenci gelap. senja adalah waktu yang singkat bila di bandingkn malam, subuh, pagi atau siang, senja yang menjadi pemisah antara terang dan gelap yg hanya bisa di nikmati sebentar saja. suara laut bagiku adalah senandung pelipur lara, obat dari hati yg gelisah, tempatku membuang rindu yg tak lagi mampu kubendung. senja selalu memberikan kesan yg hangat, langit yg seolah di poles dengan gradiasi warna biru dan oranye, di nikmati bersama secangkir teh hangat dan orang terkasih semua sungguh mnjanjikan bingkai kenangan yang indah..
Setelah breafing kecil, dengan berat hati kami putuskan melihat sunset dilain waktu karena cuaca yang kurang bersahabat, mobil pun kembali melaju menuju kota kecil dimana rumah kami berada, membawa sejuta kenangan indah di hati kami masing2, begitulah sepenggal kisah petualangan kami, melelahkan tapi setimpal dengan inspirasi yang didapatkan..
Salam sahabat alam, Salam cinta damai..
#Choyrul Sholeh
Mantap, Anak muda kreatif..
BalasHapus