Cinta Di Lautan Awan


Namanya Larasati, aku biasa memanggilnya atik, dia bukan kekasihku, dia hanya pujaan hatiku. Tapi entah mengapa hanya dirinya yang selalu hadir dalam lamunanku, memberi imajinasi dalam kerinduan ini.

Dan kali ini aku ingin sekali mengajaknya bertualang mendaki salah satu gunung Marapi Bukit Tinggi di Sumatera Barat, padahal tak pernah terbesit sedikit pun untuk mengajak kekasihku sendiri mendaki ke puncak gunung itu.
Yaa, karena kekasihku lebih suka bergelut pada pasir-pasir pantai yang kering dengan panas jiwanya dan bercumbu pada kerasnya batu karang, yang menyerupai dengan keras hatinya. Sementara dia, dia adalah sosok yang sejalan denganku, lebih suka dingin beku dan sejuknya aroma hutan cemara di pegunungan.
Kekasihku sangat keras hati dan emosional sementara dia sangat penyayang, begitulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan karakter mereka.
Dia yang selama ini aku puja-puja yang tak sepuja kekasihku sendiri, bahkan untuk jawaban "ya" dari bibirnya saja mampu membuat hatiku berbungah. Karena jawaban itu yang selama ini aku tunggu, jawaban yang menandakan dia mau ikut denganku untuk mendaki gunung Marapi di penghujung tahun ini.
***
"Woow indah sekali mas..." kata-kata dari bibirnya saat turun dari mobil yang membawa kami tepat di depan basecamp, yang mampu memberi gairah pada semangatku yang makin menggebu.
"Hal-hal seperti inilah yang membuat aku jatuh hati pada tempat-tempat dengan suasana seperti ini..." jawabku pada Atik pujaan hatiku, aku sering menjulukinya si adelweis, karena dia begitu indah dan langka di mataku.
"Berarti kita sehati ya mas, walau pengalaman ini yang pertama kali buat aku, tapi aku suka banget dengan tempat-tempat seperti ini..." jawabnya dengan bibir yang tersenyum indah dengan mata yang berbinar memancar kesegala arah menikmati bukit-bukit disekitar desa yang ada dilereng marapi.
Jawabannya mampu menggetarkan hatiku yang telah lama beku, aku tak pernah merasakan sumringah seperti ini, bahkan saat bersama kekasihku sendiri.
"Ini belum seberapa tik, ini baru secuil.., di puncak sana kita akan disuguhi pemandangan ibarat serpihan surga yang terlempar ke dunia...
Kita akan berada di negeri diatas awan seperti pada dongeng-dongeng negeri kahyangan..." jawabku sembari menunjuk ke arah puncak gunung marapi. Yang disambut wajah Atik yang makin berbinar.
"Apa benar mas...??? Waaahh jadi penasaran..." wajahnya makin merona penuh suka cita.
Dan aku pun hanya menganggukan kepala dengan tatapan yang tak henti memandang wajah cantiknya.
Dan tak bisa dipungkiri, semenjak kehadirannya dalam hatiku, sosok kekasihku sendiri lambat laun terlupakan dan terganti oleh sosoknya yang anggun penuh cinta.
"Apakah aku selingkuh...??? Tidak aku tidak selingkuh, aku hanya mengikuti kata hatiku untuk pergi mencari sesuatu yang lebih indah dan lebih mengerti hatiku...
Karena hatiku terlalu lelah untuk tersakiti..." batinku bergejolak.
***
Namaku Choyrul Sholeh, laki-laki 27 tahun yang sudah 2 tahun menghabiskan hari-hariku untuk menghamba pada kekasihku, dan selama itu pula aku tak pernah merasa hatiku benar-benar bahagia. Tak seperti saat ini saat aku bersama si adelweis kecil menikmati petualangan yang sederhana ini.
Dan aku sangat merasa nyaman bersamanya.
Larasati adalah sosok gadis yang teramat cantik untuk terlahir di dunia ini, sosok yang teramat menarik terlahir sebagai manusia bumi, dia mungkin lebih pantas terlahir sebagai bidadari. Tak heran setiap keberadaannya mampu membuat perhatian semua orang tertuju padanya.
Yaa, karena itulah aku memanggilnya Adelweis.
***
Setelah mengurus perizinan mendaki, kami langsung menapaki kaki-kaki kami mengikuti jalur setapak yang menghubungkan bascamp kami dengan puncak Merapi.
Yaa, jalur yang sangat terjal menguras tenaga namun tetap indah untuk di lewatinya.
"Aduh mas, cape' banget...
Gak nyangka ternyata mendaki gunung itu melelahkan yaa..."  Atik mengeluh membungkukkan tubuhnya sembari mengusap keringatnya yang sudah mulai membanjiri seluruh wajahnya.
"Aaahh kata siapa, mendaki itu sangat menyenangkan lagi, bila kita bisa menikmati ritme-ritme yang harus kita lewati...
Tergantung dari sudut pandang yang mana kita melihatnya...
Lihatlah tik, sekeliling kita yg gelap ini, walau disini terlalu pekat tapi pandanglah keatas, disana terdapat hamparan bintang yang menghiasi langit kita, dan juga lihatlah ke bawah, disana juga terdapat kerlap-kerlip indah lampu kota yang sungguh menawan, yang kadang terlupakan oleh kita karena terfokus pada terjalnya jalur dan pekatnya malam yang kita lewati ini...
Dan ini baru perjalanan malam, tapi saat fajar nanti pemandangan akan jauh lebih indah dari yang kita bayangkan..."
jawabku menyadarkan Atik akan indahnya alam sekitar.
"Waahh iyaa yaa mas, kok dari tadi aku gak ngeh kalo ternyata pemandangannya sangat indah..." ucap Atik dengan wajah yang kembali berseri. Sembari menyebar pandangannya menikmati pesona dari ketinggian.
"Hhmm... selayaknya kehidupan ini Tik, kadang kita lupa akan anugerah yang diberikan Tuhan pada diri kita, karena kita terlalu fokus pada kekurangan kita..." aku pun menjelaskan dengan nada sok bijak sambil tersenyum manis melihat wajah manis Atik yang makin manis.
"Okee, yuukk kita mulai lagi perjalanannya, yang penting kita jangan terfokus pada getirnya perjalanan, tapi fokuslah pada indahnya pemandangan yang disajikan disetiap jengkal perjalanan ini..." ucapku menyemangati Adelweis kecilku..
"Okee mas, hayuu lanjutt.." jawabnya dengan gaya lincah dan manja.
Pejalanan kembali dilanjutkan melewati jengkal demi jengkal jalur yang kian menantang, Atik yang semula mengeluh kini semakin antusias dalam melangkahkan kakinya ke tanah yang lebih tinggi.
Yaa, setiap langkah adalah menambah ketinggian, begitulah gambaran tentang perjalanan mendaki gunung.
Dan setapak demi setapak, setelah hampir 6 jam perjalanan,  sampailah rombongan di puncak tertinggi gunung merapi.
"Subhanallah... Keren bangett mass viewnya..." sontak wajah Atik berbinar-binar menyaksikan pemandangan dari puncak merapi ini.
"Inilah surga yang tersembunyi itu tik.. dimana Tuhan sengaja menyembunyikannya dari hiruk-pikuk keramaian, hanya untuk kita yang mau berjuang mendaki...
Yaa, hanya para pendakilah yang bisa menikmati pemandangan seperti ini..." ucapku sembari menatap wajah sendu gadis pujaanku dengan sebelah tanganku yg menyentuh pundaknya.
Suasana pagi itu sangat syahdu, pesona golden sunrise dengan bayangan siluet bukit2 kecil dengan lautan awan nan luas tanpa batas, dari kejauhan nampak singgalang yang nampak kecil karena efek jarak yang membentang.
Dan puncak yg luas dengan bukit-bukit berjejer menghijau nan indah.
Inilah pemandangan khas puncak gunung merapi.
Disaat mentari mulai merayap mengusir pekat, aku dan Atik si Adelweis kecilku duduk diatas matras untuk menikmati keindahan momen ini detik demi detik, tanpa sadar atik menyandarkan kepalanya di pundakku, membuat hatiku dak dik duk tak menentu.
Ini adalah rasa yg entah kapan terakhir kali aku merasakannya, romantisme kehidupan yg telah lama hilang, dan baru kali ini aku merasakan kabahagiaan dan kedamaian jiwa yg syahdu.
Saat suasana hening dan tenang, tiba-tiba hape ku berbunyi keras memecah kesunyian, seketika ku rogoh kantong celanaku dan ku angkat panggilan telpon itu, belum sempat aku berucap assalamualaikum, tiba-tiba terdengan suara yg sudah tak asing lagi di telingaku.
"Hey bang kemana aja siihh bang, kenapa gak pernah ada kabar...???
Kapan abng bisa nganterin pergii...!!!!???
Aku bener-bener kesel...!!!
Dan aku udah..."
"Tuutt... tuutt... tuutt..."
Tanpa pikir panjang aku langsung menutup telponnya, dan ku lempar hape ku ke dalam tas carriel yang berada disampingku.
"Siapa tuh mas.. Kok marah-marah gituu...???" tanya Atik dengan nada heran.
"Dia orang yang pernah aku ceritakan sama kamu..." jawabku singkat.
"Kenapa mas gak berusaha merubah sifatnya yang emosian itu...???" tanya Atik dengan nada pelan.
"Dulu sejak pertama menjalin hubungan dengannya, aku memang sudah tau karakternya, dan saat itu aku yakin kalo aku pasti bisa merubah sifatnya menjadi lebih baik...
Karena aku yakin bahwa setiap orang pasti bisa berubah seiring kedewasaannya...
Tapi pada akhirnya aku sadar, bahwa semua itu sudah menjadi wataknya, sementara watak itu tidak mungkin mudah dirubah begitu saja...
Dan kini aku mulai putus asa Tik.." jawabku lemah sambil menundukan wajah senduku.
"Yang sabar yaa mass..." ucapnya sembari mengusap punggungku penuh kelembutan.
Lalu dia kembali menyandarkan tubuhnya di pangkuanku, ketegangan yang terjadi di tubuhku kini sekejap berubah menjadi kedamaian dalam jiwa.
***
Aku tak peduli apa yang akan terjadi esok hari...
Yang jelas, disini, diatas awan ini cintaku bersemi...
Hanya padamu Adelweis kecilku, yaa hanya padamu...
Karena kamulah yang mampu membuat aku merasa sedamai ini...
Hanya kamu yang mampu membuat hidupku lebih berarti...
Dan aku harap, kamu tetap mau menemani petualanganku...
Petualangan menjelajahi kehidupan ini...
Percayalah adelweis kecilku,
Cinta ini cinta diatas awan, cinta yang penuh kelembutan...
Cinta ini cinta diatas awan, cinta yang penuh keindahan...
Karena seharusnya cinta itu penuh kasih sayang, selayaknya awan yang memberi keteduhan...
Seperti sikapmu yang meneduhkan hatiku...
I Love You My Litle Adelweis, I Love You..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku & Sinunukan Dalam Potret

Potret Hitam Putih Kehidupan

Melihat Pesona Pohon Menari Di Pantai Sikara-Kara